VIVAnews -- Sebuah sekte kecil di Florida, Amerika Serikat
merencanakan aksi kontroversial dan dianggap ngawur -- membakar Al
Quran, kitab suci agama Islam, dalam peringatan tragedi 11 September.
Aksi itu mereka beri nama ‘international burn the Quran day' atau
'hari pembakaran Al Quran sedunia'.
Tak hanya umat muslim di dunia yang murka, para pemimpin umat
Kristen, baik liberal maupun konservatif, juga mengecam rencana
tersebut.
Pendeta, Dr Michael Kinnamon, sekretaris jenderal Dewan Gereja
Amerika Serikat mengatakan, pihaknya kembali menegaskan sikap
penentangan atas aksi itu. Kata dia, pernyataan ini mewakili jutaan
warga AS yang menolak ekspresi anti-muslim yang ditunjukkan sekte itu.
Tindakan membakar Quran, tambah dia, adalah reaksi orang yang
ketakutan sekaligus salah paham terhadap sifat sejati ajaran Islam yang
damai.
"Kesalahpahaman dan bingung, juga ketidakmampuan untuk mencintai
tetangga kita seperti yang dicontohkan Kristus, itu yang ditunjukkan
sekte tersebut ketika melecehkan umat muslim dan merencanakan
‘international burn the Quran day'," kata dia, seperti dimuat situs
CSmonitor, 6 September 2010.
"Tindakan penuh kebencian tersebut bukan kesaksian atas iman
Kristiani," tegas Kinnamon.
Sikap senada juga ditunjukkan organisasi, National Association of
Evangelicals yang berbasis di AS.
"Rencana itu...untuk membakar Al Quran pada 11 September menunjukkan
sikap tidak hormat kepada tetangga muslim dan justru akan meningkatkan
ketegangan antara umat Kristen dan Islam di seluruh dunia," kata
organisasi itu dalam pernyataannya. "Kami menuntut rencana pembakaran
itu dibatalkan."
Sementara, pendeta senior di Orlando, Florida mengatakan tindakan
itu hanya akan memicu masalah.
Melawan terorisme, kata dia, bukan dengan mengobarkan kemarahan.
"Melawan api dengan api hanya akan mengobarkannya. Cinta adalah air yang
akan memadamkan kehancuran."
Sementara, umat muslim dunia telah bergerak, menentang dan memprotes
rencana pembakaran Al Quran.
Senin lalu, ratusan warga Afghanistan berkumpul di ibukota Kabul
untuk mengecam pembakaran Al Qur'an. Mereka berteriak, "Hidup Islam"
dan "Matilah Amerika".
Aksi protes juga terjadi di Indonesia -- negara dengan penduduk
muslim terbesar di dunia. Salah satunya pada Sabtu, 4 September 2010
oleh ratusan orang yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Sulawesi Selatan.
"Kami memiliki misi untuk menyelamatkan Alquran. Jika Al Quran ini
betul-betul dibakar, maka kami akan marah besar," tegas Hasanuddin
Rasyid, sambil mengacungkan Alquran ke udara, diiringi teriakan takbir
berkali-kali.
HTI mendesak Pemerintah AS, umat Kristen termasuk di Indonesia untuk
menggagalkan rencana itu. Jika pembakaran dilakukan, itu akan
memancing umat Islam untuk bereaksi dan marah.
Protes juga disampaikan pemeluk agama berbeda di Indonesia. Mereka
minta, pemerintah AS bertindak tegas untuk menghentikannya.
Sementara, Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta umat Islam di
Indonesia tidak terprovokasi dengan gerakan itu.
MUI menegaskan, tidak akan mengeluarkan fatwa atau kecaman. Sebab,
ekspresi kemarahan sekelompok kecil orang. MUI menyerukan perlawanan
atas aksi itu dilakukan secara damai. (sj)
0 komentar:
Posting Komentar